Rabu, 24 Mei 2017

Reuni Bisa Bikin Umur Lebih Panjang

Semua orang pasti suka dengan acara kumpul-kumpul. Mengadakan ajang kumpul-kumpul bersama setelah berpisah sekian lama dengan sejumlah kawan di acara reuni memang sering menjadi momen yang ditunggu-tunggu.

"Arti reuni itu sendiri adalah
merekatkan kembali hubungan kita di masa lalu. Karena dengan reuni bisa mengembalikan kita masa pertemanan masih murni. Di mana kita belum menjadi apa-apa," kata ahli Etnografi, Amalia Maulana kepada politikindonesia.com usai menjadi pembicara pada acara Polident Reuni Impian di Jakarta Pusat, Kamis (23/02)

Wanita lulusan Institut Pertanian Bogor (IPB) ini mengakui, saat ini memang sedang jaman reuni. Kegiatan reuni itu selalu diabadi dan foto-fotonya dipasang di sejumlah media jejaring sosial. "Coba lihat saja status dan foto-foto teman di Facebook Anda, pasti penuh dengan berita pertemuan reuni dimana-mana. Acara reuni pun tak putus-putus. Mulai dari reuni akbar sekolah, kemudian dilanjutkan reuni teman sekelas, lanjut lagi hanya teman se-gank dan masih banyak lagi," ujar Directur dari sebuah perusahaan konsultan yang bergerak dalam bidang ethnography marketing solution ini.

Kata Amalia, maraknya reuni bisa dijadikan sebagai penyambung silaturahim. Fenomena reuni ini ternyata tak hanya muncul di Indonesia. Fenomena ini juga sedang tren di luar negeri. Lalu apa yang membedakana reuni di Indonesia dan luar negeri? Dia juga menerangkan tentang manfaat dan tujuan reuni dalam kehidupan bermasyarakat. Simak hasil wawancara Elva Setyaningrum berikut ini!

Sebenarnya sejak kapan ajang reuni itu mulai marak?

Fenomena reuni erat hubungannya dengan bantuan teknologi komunikasi dan informasi. Seperti maraknya penggunaan situs media jejaring sosial Facebook dan twitter yang semakin menjamur. Pencarian teman-teman hilang menjadi lebih mudah. Karena teknologi itulah yang bisa mengumpulkan orang-orang dari ujung mana saja.

Nah mulai dari situ fenomena reuni terjadi. Dan, kebetulan sekali karakter orang Indonesia suka berkumpul. Makanya untuk konsep reuni di Indonesia ini, teknologinya memungkinkan karena budayanya cocok. Dengan teknologi yang saat ini, untuk menggalang pertemuan hanya butuh usaha yang minimal.

Selebihnya, Facebook yang akan menjadi motor vital marketingnya. Oleh karena itu, penjualan salah satu brand alat komunikasi di Indonesia sangat tinggi, sementara di Singapura tidak laku. Karena di sana individu dan di Indonesia, grup culture.

Apa sesungguhnya manfaat sebuah reuni?

Reuni memiliki sisi positif untuk kesehatan dan keharmonisan hubungan pertemanan. Reuni bisa dijakan ajang bersosialisasi guna merekatkan kembali tali persahabatan. Reuni juga bermanfaat untuk mengembalikan peranan seseorang yang mungkin sudah terkikis waktu

Sebuah penelitian juga pernah mengungkap, ternyata kegiatan santai ini juga bisa membuat orang berumur panjang. Sebuah penelitian bahkan pernah menemukan bahwa seseorang yang banyak dikelilingi teman dan saudara kemungkinannya meninggal lebih cepat berkurang 50 persen dibandingkan mereka yang tidak memiliki kehidupan sosial

Lalu, apa tujuan reuni itu sendiri?

Salah satu tujuan reuni adalah untuk memperbarui citra diri seseorang guna tampil prima. Mereka perlu merasa nyaman dan percaya diri baik dari segi fisik maupun emosional. Misalnya, saat kuliah seseorang adalah bintang kampus, cantik atau pintar dan menjadi pusat perhatian, tapi 20 tahun kemudian tidak seperti dulu lagi. Hal itu kadang membuat orang ragu-ragu untuk datang ke acara reuni karena dia sudah tidak cemerlang lagi karena peranannya sudah berkurang.

Nah, untuk mencemerlangkan diri itu harus bisa mencoba peranan barunya.

Justru dengan adanya reuni, orang itu punya semangat lagi untuk punya peranan seperti dulu. Tapi sebaliknya, seseorang itu dulunya di komunitas biasa-biasa saja, justru mereka malah mau berkumpul karena setelah 20 tahun orang itu menjadi orang baru. Sehingga dia ingin sekali mengadakan reuni. Maka dari situlah akan terbentuk komunitas baru tapi dengan orang-orang lama.

Membentuk komunitas tentu lebih dari sekedar mengumpulkan kartu nama, meminta alumnus mengisi formulir registrasi. Pembentukan komunitas secara profesional bisa dimulai sejak awal mengirimkan undangan untuk reuni. Mencari tahu needs and wants dari tiap anggotanya, untuk kemudian didisainkan sebuah acara reuni akbar yang sesuai dengan harapan. Memberikan insentif member-get-member bagi setiap alumni yang berhasil membawa teman hadir di acara. Saat ini banyak komunitas baru yang muncul dan setelah itu tenggelam kembali. Menciptakan komunitas mungkin mudah, tetapi, ternyata, pemeliharaannya yang sulit. Salah satu parameter komunitas yang solid adalah yang anggotanya memiliki Sense of Community (SoC) yang tinggi.

Ada pula yang memandang reuni dari sisi negatif sebagai kegiatan yang identik dengan hura-hura, pendapat anda?

Padahal, reuni tak harus menghambur-hamburkan uang. Tapi saya kira itu tergantung penggeraknya. Jadi kadang-kadang keberhasilan reuni tergantung keseriusan dari pengerak. Kalau pengeraknya yang memiliki building comunity, biasanya hura-huranya tidak menjadi fokus pasti akan ada tujuan tertentu. Misalnya pengumpulan dana untuk sekolah tertentu.

Apa ukuran keberhasilan sebuah reuni?

Ukuran keberhasilan sebuah reuni bagi tiap penyelenggara memang berbeda-beda. Saya pribadi memandang, suksesnya reuni bukan hanya dilihat dari jumlah orang yang hadir, atau dari meriahnya acara pada saat hari pelaksanaan saja. Melainkan bagaimana penyelenggara bisa menciptakan sebuah suasana yang nyaman untuk semua orang, yang akan menjadi landasan bagi kelanjutan pertemuan-pertemuan berikutnya.

Jika memang berhasil, maka akan terbentuk komunitas baru yang terdiri dari wajah-wajah lama. Saat ini, dimana orang berlomba untuk membentuk komunitas dengan berbagai tema, banyak dari unsur dalam reuni sekolah yang sudah bisa digarap secara langsung untuk membuat komunitas yang solid.

Apa persamaan maraknya reuni antara di Indonesia dan luar negeri?

Kalau di Indonesia dari kecil kita sudah terbiasa dengan grup culture, tapi kalau di luar negeri mereka lebih individual, jadi mereka lebih kepada traksaksional. Di luar negeri, masyarakatnya bertemu hanya karena ada urusan. Kalau kita, tidak seperti itu.

Orang Indonesia ketemu bukan karena ada urusan, tapi karena hubungan pertemanan dengan grup culture. Dari kecil kita sudah mengenal yang namanya keluarga besar dan kita merasa dekat dengan mereka semua. Nah, ini berbeda dengan situasi di luar negeri. Mereka hanya mengenal keluarga inti. Jadi kita bisa membentuk reuni dengan mudah karena sejak kecil kita sudah terbiasa dengan istilah kumpul-kumpul. Kalau di luar negeru, mereka harus ada tujuan untuk itu.
(eva/kap)

dikutip dari politikindonesia.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ayo Komentar Kawan !