"Arti reuni itu
sendiri adalah
merekatkan kembali hubungan kita di masa lalu. Karena dengan reuni bisa mengembalikan kita masa pertemanan masih murni. Di mana kita belum menjadi apa-apa," kata ahli Etnografi, Amalia Maulana kepada politikindonesia.com usai menjadi pembicara pada acara Polident Reuni Impian di Jakarta Pusat, Kamis (23/02)
merekatkan kembali hubungan kita di masa lalu. Karena dengan reuni bisa mengembalikan kita masa pertemanan masih murni. Di mana kita belum menjadi apa-apa," kata ahli Etnografi, Amalia Maulana kepada politikindonesia.com usai menjadi pembicara pada acara Polident Reuni Impian di Jakarta Pusat, Kamis (23/02)
Wanita lulusan
Institut Pertanian Bogor (IPB) ini mengakui, saat ini memang sedang
jaman reuni. Kegiatan reuni itu selalu diabadi dan foto-fotonya dipasang
di sejumlah media jejaring sosial. "Coba lihat saja status dan
foto-foto teman di Facebook Anda, pasti penuh dengan berita pertemuan
reuni dimana-mana. Acara reuni pun tak putus-putus. Mulai dari reuni
akbar sekolah, kemudian dilanjutkan reuni teman sekelas, lanjut lagi
hanya teman se-gank dan masih banyak lagi," ujar Directur dari sebuah
perusahaan konsultan yang bergerak dalam bidang ethnography marketing
solution ini.
Kata Amalia,
maraknya reuni bisa dijadikan sebagai penyambung silaturahim. Fenomena
reuni ini ternyata tak hanya muncul di Indonesia. Fenomena ini juga
sedang tren di luar negeri. Lalu apa yang membedakana reuni di Indonesia
dan luar negeri? Dia juga menerangkan tentang manfaat dan tujuan reuni
dalam kehidupan bermasyarakat. Simak hasil wawancara Elva Setyaningrum berikut ini!
Sebenarnya sejak kapan ajang reuni itu mulai marak?
Fenomena reuni erat
hubungannya dengan bantuan teknologi komunikasi dan informasi. Seperti
maraknya penggunaan situs media jejaring sosial Facebook dan twitter
yang semakin menjamur. Pencarian teman-teman hilang menjadi lebih mudah.
Karena teknologi itulah yang bisa mengumpulkan orang-orang dari ujung
mana saja.
Nah mulai dari situ
fenomena reuni terjadi. Dan, kebetulan sekali karakter orang Indonesia
suka berkumpul. Makanya untuk konsep reuni di Indonesia ini,
teknologinya memungkinkan karena budayanya cocok. Dengan teknologi yang
saat ini, untuk menggalang pertemuan hanya butuh usaha yang minimal.
Selebihnya, Facebook
yang akan menjadi motor vital marketingnya. Oleh karena itu, penjualan
salah satu brand alat komunikasi di Indonesia sangat tinggi, sementara
di Singapura tidak laku. Karena di sana individu dan di Indonesia, grup culture.
Apa sesungguhnya manfaat sebuah reuni?
Reuni memiliki sisi
positif untuk kesehatan dan keharmonisan hubungan pertemanan. Reuni bisa
dijakan ajang bersosialisasi guna merekatkan kembali tali persahabatan.
Reuni juga bermanfaat untuk mengembalikan peranan seseorang yang
mungkin sudah terkikis waktu
Sebuah penelitian
juga pernah mengungkap, ternyata kegiatan santai ini juga bisa membuat
orang berumur panjang. Sebuah penelitian bahkan pernah menemukan bahwa
seseorang yang banyak dikelilingi teman dan saudara kemungkinannya
meninggal lebih cepat berkurang 50 persen dibandingkan mereka yang tidak
memiliki kehidupan sosial
Lalu, apa tujuan reuni itu sendiri?
Salah satu tujuan
reuni adalah untuk memperbarui citra diri seseorang guna tampil prima.
Mereka perlu merasa nyaman dan percaya diri baik dari segi fisik maupun
emosional. Misalnya, saat kuliah seseorang adalah bintang kampus, cantik
atau pintar dan menjadi pusat perhatian, tapi 20 tahun kemudian tidak
seperti dulu lagi. Hal itu kadang membuat orang ragu-ragu untuk datang
ke acara reuni karena dia sudah tidak cemerlang lagi karena peranannya
sudah berkurang.
Nah, untuk mencemerlangkan diri itu harus bisa mencoba peranan barunya.
Justru dengan adanya
reuni, orang itu punya semangat lagi untuk punya peranan seperti dulu.
Tapi sebaliknya, seseorang itu dulunya di komunitas biasa-biasa saja,
justru mereka malah mau berkumpul karena setelah 20 tahun orang itu
menjadi orang baru. Sehingga dia ingin sekali mengadakan reuni. Maka
dari situlah akan terbentuk komunitas baru tapi dengan orang-orang lama.
Membentuk komunitas
tentu lebih dari sekedar mengumpulkan kartu nama, meminta alumnus
mengisi formulir registrasi. Pembentukan komunitas secara profesional
bisa dimulai sejak awal mengirimkan undangan untuk reuni. Mencari tahu
needs and wants dari tiap anggotanya, untuk kemudian didisainkan sebuah
acara reuni akbar yang sesuai dengan harapan. Memberikan insentif
member-get-member bagi setiap alumni yang berhasil membawa teman hadir
di acara. Saat ini banyak komunitas baru yang muncul dan setelah itu
tenggelam kembali. Menciptakan komunitas mungkin mudah, tetapi,
ternyata, pemeliharaannya yang sulit. Salah satu parameter komunitas
yang solid adalah yang anggotanya memiliki Sense of Community (SoC) yang tinggi.
Ada pula yang memandang reuni dari sisi negatif sebagai kegiatan yang identik dengan hura-hura, pendapat anda?
Padahal, reuni tak
harus menghambur-hamburkan uang. Tapi saya kira itu tergantung
penggeraknya. Jadi kadang-kadang keberhasilan reuni tergantung
keseriusan dari pengerak. Kalau pengeraknya yang memiliki building
comunity, biasanya hura-huranya tidak menjadi fokus pasti akan ada
tujuan tertentu. Misalnya pengumpulan dana untuk sekolah tertentu.
Apa ukuran keberhasilan sebuah reuni?
Ukuran keberhasilan
sebuah reuni bagi tiap penyelenggara memang berbeda-beda. Saya pribadi
memandang, suksesnya reuni bukan hanya dilihat dari jumlah orang yang
hadir, atau dari meriahnya acara pada saat hari pelaksanaan saja.
Melainkan bagaimana penyelenggara bisa menciptakan sebuah suasana yang
nyaman untuk semua orang, yang akan menjadi landasan bagi kelanjutan
pertemuan-pertemuan berikutnya.
Jika memang
berhasil, maka akan terbentuk komunitas baru yang terdiri dari
wajah-wajah lama. Saat ini, dimana orang berlomba untuk membentuk
komunitas dengan berbagai tema, banyak dari unsur dalam reuni sekolah
yang sudah bisa digarap secara langsung untuk membuat komunitas yang
solid.
Apa persamaan maraknya reuni antara di Indonesia dan luar negeri?
Kalau di Indonesia
dari kecil kita sudah terbiasa dengan grup culture, tapi kalau di luar
negeri mereka lebih individual, jadi mereka lebih kepada traksaksional.
Di luar negeri, masyarakatnya bertemu hanya karena ada urusan. Kalau
kita, tidak seperti itu.
Orang Indonesia ketemu bukan karena ada urusan, tapi karena hubungan pertemanan dengan grup culture.
Dari kecil kita sudah mengenal yang namanya keluarga besar dan kita
merasa dekat dengan mereka semua. Nah, ini berbeda dengan situasi di
luar negeri. Mereka hanya mengenal keluarga inti. Jadi kita bisa
membentuk reuni dengan mudah karena sejak kecil kita sudah terbiasa
dengan istilah kumpul-kumpul. Kalau di luar negeru, mereka harus ada
tujuan untuk itu.
(eva/kap)dikutip dari politikindonesia.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Ayo Komentar Kawan !